4.2.12

Kau Istimewa



Dinihari di Madinah al Munawwarah 
Ku saksikan para sahabat berkumpul di masjidmu
Angin sahara membekukan kulitku
Gigiku gemertak..kakiku bergoncang..hatiku tak keruan.


Tiba-tiba pintu hujrahmu terbuka 
Engkau datang, Ya Rasul ALLAH
Ku pandang dikau..ku dengar salam bersahut-sahutan.
Kau tersenyum, ya Rasulullah..wajahmu bersinar
Angin sahara berubah menjadi hangat
Cahayamu menyelusup seluruh sendi dan darahku


“Assalamualaikum ayyuhan Nabi Warahmatullah
Assalamualaikum ayyuhan Habibullah”


Dinihari Madinah berubah menjadi siang yang cerah
Ku dengar engkau berkata:
Adakah air pada kalian?
Ku lihat pantas gharibahku
Para sahabat sihat memperlihatkan kantong kosong
Tidak ada setitis pun air, ya Rasulullah
Ku sesali diriku
Mengapa tak kucari air sebelum tiba di masjidmu
Alangkah bahagianya, jika ku basahi wajah dan tanganmu
Dengan percikan air dari gharibahku
Ku dengar suaramu lirih
Bawakan wadah yang basah
Inginku meloncat mempersembahkan gharibahku
Tapi… ratusan sahabat berdesakan mendekatimu
Kau ambil gharibah kosong..Kau celupkan jari-jarimu
Subhanallah!!! Kulihat air mengalir dari sela-sela jemarimu
Kami merapati, berebut berwudhu dari pancuran sucimu
Kulihat Ibnu Mas’ud mereguk sepuas-puasnya
Betapa sejuk air itu ya Rasulullah
Betapa harum air itu ya Nabiyullah
Betapa lazat air itu ya Habibullah….


Alangkah bahagianya solat di belakangmu
Ayat-ayat suci mengalir dari suara baidurimu
Melimpah syahdu mendamaikan sanubari
Adakalanya menyusup sendu ke jiwa, oh terasanya…..
Sesudah solat, kau pandangi kami dengan redupan kasih
Masih dengan senyuman sejuk menawan kalbu
Cahaya di wajahmu ya Rasulullah, tak mungkin ku lupakan
Ingin kubenamkan setitis diriku dalam samudera dirimu
mahu kujatuhkan sebutir debuku dalam saharamu yang tak terjangkau


Ya Rasulullah… ya Habibullah…
Ku dengar kau berkata lirih penuh persoalan:-
Siapakah makhluk yang imannya paling mempesona?
Malaikat, Ya Rasul ALLAH!
Bagaimana Malaikat tidak beriman,
Bukankah mereka berada di samping ALLAH?!
Para nabi, ya Nabiyullah!
Bagaimana pula para nabi tidak akan beriman,
Bukankah kepada mereka ternuzulnya wahyu Tuhan?!
Kami , para sahabatmu…?
Bagaimanalah kalian tidak mungkin beriman,
Bukankah aku di tengah-tengah kalian?!
Telah kalian saksikan kehadiranku bersama pedoman nan nyata
Kalau begitu, siapakah mereka wahai kekasih ALLAH???


Langit Madinah bening..bumi Madinah hening..kami termanggu
Siapakah gerangan yang imannya sungguh mempesona?
Ku tahan nafasku, ku hentikan detak jantungku, ku dengar sabdamu:-
Yang paling menakjubkan imannya
Mereka yang datang sesudahku
Beriman kepadaku
Padahal tidak pernah melihat dan bertemu denganku
Yang paling mempesona imannya
Mereka yang tiba setelah aku tiada..itulah ikhwanku!
Yang membenarkanku..mempercayaiku tanpa pernah berjumpa
Bukankah kami ini saudaramu juga, ya Rasulullah?
Kalian sahabat-sahabatku…
Saudaraku adalah mereka yang tidak pernah sekali berhadapan denganku
Mereka beriman pada yang ghaib, mendirikan solat
Menginfaqkan sebahagian rezeki yang dikurniakan Tuhan!


Kami terpaku…
Langit Madinah bening..bumi Madinah hening
Ku dengar lagi engkau berkata:
Alangkah bahagianya aku mampu menemui mereka…
Suaramu parau, butir-butir air matamu bergenang
Engkau menangis, ya Rasulullah
Engkau rindukan ummatmu, ya Nabiyullah
UMMATI…UMMATI…UMMATI


Ya ALLAH…
Airmata ini tak mampu untuk ku tampung lagi
Di sini terhenti kata sabda Kekasih-Mu
Berdosanya aku pada insan pilihan-Mu bernama MUHAMMAD itu
Akulah ummatnya yang tidak tahu mengenang budi
Membalasi jasanya,apatah lagi berkorban demi Dia
Dia mendambakan pertemuan dengan kami, ummatnya!
Tapi kami….. oh! Malunya padamu ya Sofiyullah…..


Aspirasi Daripada Hadis Mutafaqun’alaih;
Olahan Semula: Saruman Namus & Abban Malena


**Syafaatkan kami....Ya  RASULULLAH**