31.3.10

Sejauh Manakah Kezuhudan Kita Di Dunia?

.
.
.
~ Bismillahirrahmanirrahim ~
.
Firman Allah swt,
.
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengkagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Surah Al-Hadid: 20)
.
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu, batil, dan sekadar permainan. Yang dimaksud sekadar permainan adalah sesuatu yang tiada bermanfaat dan melalaikan. Ayat ini juga menunjukkan bahwa dunia adalah perhiasan, dan orang-orang yang terfitnah dengan dunia menjadikannya sebagai perhiasannya dan tempat untuk saling bermegah-megahan dengan kenikmatan yang ada padanya berupa anak-anak, harta-benda, kedudukan dan yang lainnya sehingga lalai dan tidak beramal untuk akhiratnya.
.
Allah menyerupakan kehancuran dunia dan kefanaannya yang begitu cepat dengan hujan yang turun ke permukaan bumi. Ia menumbuhkan tanaman yang menghijau lalu kemudian berubah menjadi layu, kering dan pada akhirnya mati. Demikianlah kenikmatan dunia, yang pasti pada saatnya akan punah dan binasa. Maka barangsiapa mengambil pelajaran dari permisalan yang disebutkan di atas, akan mengetahui bahwa dunia ibarat ais yang semakin lama semakin mencair dan pada akhirnya akan hilang dan sirna. Sedangkan segala apa yang ada di sisi Allah adalah lebih kekal, dan akhirat itu lebih baik dan utama sebagaimana lebih indah dan kekalnya permata dibandingkan dengan ais. Apabila seseorang mengetahui dengan yakin akan perbedaan antara dunia dan akhirat dan dapat membandingkan keduanya, maka akan timbul tekad yang kuat untuk mencapai kebahagian dunia akhirat.
.
Ibnu Taimiyah mengatakan – sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu Al-Qayyim – bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.
.
Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau mensia-siakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.
.
.
Zuhud ditafsirkan dengan tiga perkara yang semuanya berkaitan dengan perbuatan hati:
.
1. Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap kekuasaan Allah.
.
Abu Hazim Az-Zahid pernah ditanya, “Berupa apakah hartamu?” Beliau menjawab, “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin kerana percaya kepada Allah, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.” Kemudian beliau ditanya lagi, “Engkau tidak takut miskin?” Beliau menjawab, “Mengapa aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.”
.
2. Apabila terkena musibah, baik kehilangan harta, kematian anak atau yang lainnya, dia lebih mengharapkan pahala kerananya daripada mengharapkan kembalinya harta atau anaknya tersebut. Hal ini juga timbul atas keyakinannya yang sempurna kepada Allah.
.
3. Baginya orang yang memuji atau yang mencelanya ketika ia berada di atas kebenaran adalah sama saja. Kerana kalau seseorang menganggap dunia itu besar, maka dia akan lebih memilih pujian daripada celaan. Hal itu akan mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran kerana khuatir dicela atau dijauhi oleh manusia, atau boleh jadi dia melakukan kebatilan kerana mengharapkan pujian. Jadi, apabila seorang hamba telah menganggap sama kedudukan antara orang yang memuji atau yang mencelanya, bererti menunjukkan bahwa kedudukan makhluk di hatinya adalah rendah, dan hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada kebenaran.
.
Hakikat zuhud itu berada di dalam hati, iaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia hanya di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan akhirat.
.
Zuhud bukan bererti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, sebagai seorang penguasa mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Para Sahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka ada yang kaya raya. Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakikat zuhud yang sebenarnya.
.
.
Tingkatan Zuhud
.
Ada beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang melakukannya
.
1. Berusaha untuk hidup zuhud di dunia, sementara ia menghendaki (dunia tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke arahnya, akan tetapi ia berusaha melawan dan mencegahnya.
.
2. Orang yang meninggalkan dunia dengan suka rela, kerana di matanya dunia itu rendah dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan dunia untuk akhirat, bagaikan orang yang meninggalkan wang satu dirham untuk mendapatkan wang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu lebih besar daripada balasan dunia).
.
3. Orang yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak melihat bahwa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan seseorang yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga pintu, lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga membuat anjing tersebut sibuk dengan roti tadi, dan ia pun dapat masuk ke istana untuk menemui sang Raja dan mendapatkan kedekatan darinya. Anjing di sini diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/syurga) Allah, yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu tersebut dalam keadaan terbuka. Adapun roti diumpamakan sebagai dunia, maka barangsiapa meninggalkannya niscaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.
.
.
Hal-Hal yang Mendorong untuk Hidup Zuhud
.
1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada Hari Kiamat untuk mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang nampak ataupun yang tersembunyi. Ingat! betapa dahsyatnya peristiwa datangnya Hari Kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya terhadap dunia dan kelazatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup dengan hidup sederhana.
.
2. Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang telah ia peroleh
.
Firman Allah swt,
.
"Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)" (Surah At-Takaatsur: 8)
.
Perasaan seperti ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.
.
3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, menggorbankan tenaga dan fikiran yang sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa bergaul dengan orang-orang yang berperangai jahat dan buruk. Berbeza halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah, jiwa menjadi tenteram dan hati merasa sejuk, menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas jelas berbeza dan setiap orang tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.
.
4. Merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta kenikmatannya yang menipu manusia. Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan sia-sia belaka. Allah mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat
.
Firman Allah swt,
.
"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya)"
(Surah An-Naaziat: 37-39)
.
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal" (Surah Al-A’laa: 16-17)
.
Ayat-ayat Al Quran jelas mendorong seorang yang beriman untuk tidak terlalu bergantung kepada dunia dan lebih mengharapkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.
.
Zuhud yang disyariatkan dan bermanfaat bagi orang yang menjalaninya adalah zuhud yang dicintai oleh Allah dan rasulNya, iaitu meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat demi mencapai kehidupan akhirat.
.
Sabda Rasulullah saw,
.
"Carilah apa yang bermanfaat bagi dirimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah" (HR Muslim)
.
Yang bermanfaat bagi seorang hamba adalah beribadah kepada Allah, menjalankan ketaatan kepadaNya dan kepada rasulNya. Dan semua yang menghalangi hal ini adalah perkara yang mendatangkan kemudharatan dan tidak bermanfaat. Yang paling berguna bagi seorang hamba adalah mengikhlaskan seluruh amalnya karena Allah. Orang yang tidak memperhatikan segala yang dicintai dan dibenci oleh Allah dan rasulNya akan banyak mensia-siakan kewajipan dan jatuh ke dalam perkara yang diharamkan.
.
Sabdanya lagi,
.
"Hendaklah kadar yang diambil oleh seseorang kamu dari dunia hanya sebanyak bekal seorang musafir"
.
Maka hendaklah seorang yang berzuhud itu berpaling dari dunia dan membelakanginya padahal ia berkuasa untuk mengumpulnya. Apa yang diambil hanyalah sekadar yang mencukupi untuk makan-minum, pakai dan tempat tinggal dan sebagainya dari benda-benda yang sangat diperlukannya saja.
.
.
~ Wallahualam ~
.

23.3.10

Malumu Berharga

.



~ Bismillahirrahmanirrahim ~

Sabda Rasulullah saw

" Apabila engkau tidak merasai malu
lakukanlah apa sahaja yang kamu mahukan"
(HR Bukhari)

Hadith ini merupakan sindiran dalam tegahan. Sifat malu adalah pokok akhlak yang mulia dan budi pekerti yang mulia. Tak payah diletakkan sifat malu diatas neraca syariat malah neraca akal pun sudah mengakui malu sebagai satu sifat yang perlu ada dalam diri manusia.

Berkata Ali bin Abi Thalib r.a

"Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya"

Rasa malu merupakan refleksi keimanan, laksana perisai
yang dapat mencegah seseorang dari berbuat kemaksiatan dan kemungkaran.
Bahkan mulia dan hinanya akhlak seseorang itu dapat diukur
dari rasa malu yang dimilikinya.

Sabda Rasulullah saw

"Malu adalah sebahagian daripada iman"
(HR Bukhari dan Muslim)

Justeru itu malu itu tidak dapat dipisahkan dari keimanan.
Kedua-duanya harus hadir bersama-sama.
Makin kuat iman seseorang, makin tebal pula rasa malunya.
Begitulah bila kurang iman maka sifat malu secara automatik akan hilang.
Inilah realiti yang tidak boleh dinafikan.

Tanpa adanya rasa malu, akan mengakibatkan
kehancuran pada diri sendiri atau orang lain bahkan bangsa kita ini.

Sabda Rasulullah saw

"Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu"
(HR Bukhari dan Muslim)

Ketika budaya malu tidak lagi tegak dalam suatu masyarakat maka itulah saat awal kehancuran dan kebinasaannya.



~ Wallahualam ~



18.3.10

Menjadi Muslim Terbaik

.
.
.
~ Bismillahirrahmanirrahim ~
.
Daripada Sayyidina Khalid bin Al-Walid Radiallahu'anhu telah berkata:
.
Telah datang seorang Arab desa kepada Rasulullah s.a.w yang mana dia telah menyatakan tujuannya :
.
"Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kedatangan aku ini adalah untuk bertanya engkau mengenai apa yang akan sempurnakan diriku di dunia dan akhirat".
Maka baginda s.a.w telah berkata kepadanya : "Tanyalah apa yang engkau kehendaki"
.
Dia berkata : Aku mahu menjadi orang yang alim.
Baginda s.a.w menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan jadi orang yang alim.
.
Dia berkata : Aku mahu menjadi orang paling kaya.
Baginda s.a.w menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri maka engkau akan jadi orang paling kaya.
.
Dia berkata : Aku mahu menjadi orang yang adil.
Baginda s.a.w menjawab: Kasihanilah manusia yang lain sebagaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia.
.
Dia berkata : Aku mahu menjadi orang yang paling baik.
Baginda s.a.w menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia.
.
Dia berkata : Aku mahu menjadi orang yang istimewa di sisi Allah.
Baginda s.a.w menjawab : Banyakkan zikrullah nescaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah.
.
Dia berkata : Aku mahu disempurnakan imanku.
Baginda s.a.w menjawab : Perelokkan akhlakmu nescaya imanmu akan sempurna.
.
Dia berkata : Aku mahu termasuk dalam golongan orang yang muhsinin (baik).
Baginda s.a.w menjawab: Beribadatlah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya dan jika engkau tidak merasa begitu sekurangnya engkau yakin Dia tetap melihat engkau maka dengan cara ini engkau akan termasuk golongan muhsinin.
.
Dia berkata : Aku mahu termasuk dalam golongan mereka yang taat.
Baginda s.a.w menjawab : Tunaikan segala kewajipan yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mereka yang taat.
.
Dia berkata : Aku mahu berjumpa Allah dalan keadaan bersih daripada dosa.
Baginda s.a.w menjawab : Bersihkan dirimu daripada najis dosa nescaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci daripada dosa.
.
Dia berkata : Aku mahu dihimpun pada hari qiamat di bawah cahaya.
Baginda s.a.w menjawab: Jangan menzalimi seseorang maka engkau akan dihitung pada hari qiamat di bawah cahaya.
.
Dia berkata : Aku mahu dikasihi oleh Allah pada hari qiamat.
Baginda s.a.w menjawab : Kasihanilah dirimu dan kasihanilah orang lain nescaya Allah akan mengasihanimu pada hari qiamat.
.
Dia berkata : Aku mahu dihapuskan segala dosaku.
Baginda s.a.w menjawab : Banyakkan beristighfar nescaya akan dihapuskan (kurangkan) segala dosamu.
.
Dia berkata : Aku mahu menjadi semulia-mulia manusia.
Baginda s.a.w menjawab : Jangan mengesyaki sesuatu perkara pada orang lain nescaya engkau akan jadi semulia-mulia manusia.
.
Dia berkata : Aku mahu menjadi segagah-gagah manusia.
Baginda s.a.w menjawab : Sentiasa menyerah diri (tawakkal) kepada Allah nescaya engkau akan jadi segagah-gagah manusia.
.
Dia berkata : Aku mahu dimurahkan rezeki oleh Allah.
Baginda s.a.w menjawab : Sentiasa berada dalam keadaan bersih (dari hadas) nescaya Allah akan memurahkan rezeki.
.
Dia berkata : Aku mahu termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya.
Baginda s.a.w menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh mereka.
.
Dia berkata : Aku mahu diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat.
Baginda s.a.w menjawab : Jangan marah kepada orang lain nescaya engkau akan terselamat daripada kemurkaan Allah dan rasulNya
.
Dia berkata : Aku mahu diterima segala permohonanku.
Baginda s.a.w menjawab : Jauhilah makanan haram nescaya segala permohonanmu akan diterimaNya.
.
Dia berkata : Aku mahu agar Allah menutupkan segala keaibanku pada hari qiamat.
Baginda s.a.w menjawab : Tutuplah keburukan orang lain nescaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat.
.
Dia berkata : Siapa yang terselamat daripada dosa?
Baginda s.a.w menjawab : Orang yang sentiasa mengalir air mata penyesalan, mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan.
.
Dia berkata : Apakah sebesar-besar kebaikan di sisi Allah?
Baginda s.a.w menjawab : Elok budi pekerti, rendah diri dan sabar dengan ujian (bala).
.
Dia berkata : Apakah sebesar-besar kejahatan di sisi Allah?
Baginda s.a.w menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan.
.
Dia berkata : Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat.
Baginda s.a.w menjawab : Sedekah dalam keadaan sembunyi (tidak diketahui) dan menghubungkan kasih sayang.
.
Dia berkata: Apakan yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat.
Baginda s.a.w menjawab : Sabar di dunia dengan bala dan musibah.
.
.
Al Quran menjelaskan, umat Islam laksana bintang yang bertaburan di langit. Umat Islam adalah umat yang terbaik. Semua muslim dan muslimah adalah BINTANG. Bukan bintang di pentas, bukan bintang di televisyen tetapi bintang di hadapan Allah s.w.t.
.
Namun tidak semua bintang mendapat perhatian Allah s.w.t, hanya bintang yang paling indah, paling cerah dan paling hebat sinarannya sahaja yang akan mendapat sepenuh perhatian, rahmat dan keredhaanNya. Bintang itu adalah MUSLIM TERBAIK
.
Mudah-mudahan kita menjadi muslim yang terbaik disisiNya...InsyaAllah
.
.
~ Wallahualam ~
.
.
.