.
.
~ Bismillahirrahmanirrahim ~
.
.
Firman Allah swt,
.
.
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengkagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Surah Al-Hadid: 20)
.
.
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu, batil, dan sekadar permainan. Yang dimaksud sekadar permainan adalah sesuatu yang tiada bermanfaat dan melalaikan. Ayat ini juga menunjukkan bahwa dunia adalah perhiasan, dan orang-orang yang terfitnah dengan dunia menjadikannya sebagai perhiasannya dan tempat untuk saling bermegah-megahan dengan kenikmatan yang ada padanya berupa anak-anak, harta-benda, kedudukan dan yang lainnya sehingga lalai dan tidak beramal untuk akhiratnya.
.
.
Allah menyerupakan kehancuran dunia dan kefanaannya yang begitu cepat dengan hujan yang turun ke permukaan bumi. Ia menumbuhkan tanaman yang menghijau lalu kemudian berubah menjadi layu, kering dan pada akhirnya mati. Demikianlah kenikmatan dunia, yang pasti pada saatnya akan punah dan binasa. Maka barangsiapa mengambil pelajaran dari permisalan yang disebutkan di atas, akan mengetahui bahwa dunia ibarat ais yang semakin lama semakin mencair dan pada akhirnya akan hilang dan sirna. Sedangkan segala apa yang ada di sisi Allah adalah lebih kekal, dan akhirat itu lebih baik dan utama sebagaimana lebih indah dan kekalnya permata dibandingkan dengan ais. Apabila seseorang mengetahui dengan yakin akan perbedaan antara dunia dan akhirat dan dapat membandingkan keduanya, maka akan timbul tekad yang kuat untuk mencapai kebahagian dunia akhirat.
.
.
Ibnu Taimiyah mengatakan – sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu Al-Qayyim – bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.
.
.
Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau mensia-siakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.
.
.
.
Zuhud ditafsirkan dengan tiga perkara yang semuanya berkaitan dengan perbuatan hati:
.
.
1. Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap kekuasaan Allah.
.
.
Abu Hazim Az-Zahid pernah ditanya, “Berupa apakah hartamu?” Beliau menjawab, “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin kerana percaya kepada Allah, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.” Kemudian beliau ditanya lagi, “Engkau tidak takut miskin?” Beliau menjawab, “Mengapa aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.”
.
.
2. Apabila terkena musibah, baik kehilangan harta, kematian anak atau yang lainnya, dia lebih mengharapkan pahala kerananya daripada mengharapkan kembalinya harta atau anaknya tersebut. Hal ini juga timbul atas keyakinannya yang sempurna kepada Allah.
.
.
3. Baginya orang yang memuji atau yang mencelanya ketika ia berada di atas kebenaran adalah sama saja. Kerana kalau seseorang menganggap dunia itu besar, maka dia akan lebih memilih pujian daripada celaan. Hal itu akan mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran kerana khuatir dicela atau dijauhi oleh manusia, atau boleh jadi dia melakukan kebatilan kerana mengharapkan pujian. Jadi, apabila seorang hamba telah menganggap sama kedudukan antara orang yang memuji atau yang mencelanya, bererti menunjukkan bahwa kedudukan makhluk di hatinya adalah rendah, dan hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada kebenaran.
.
.
Hakikat zuhud itu berada di dalam hati, iaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia hanya di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan akhirat.
.
.
Zuhud bukan bererti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, sebagai seorang penguasa mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Para Sahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka ada yang kaya raya. Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakikat zuhud yang sebenarnya.
.
.
.
Tingkatan Zuhud
.
.
Ada beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang melakukannya
.
.
1. Berusaha untuk hidup zuhud di dunia, sementara ia menghendaki (dunia tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke arahnya, akan tetapi ia berusaha melawan dan mencegahnya.
.
.
2. Orang yang meninggalkan dunia dengan suka rela, kerana di matanya dunia itu rendah dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan dunia untuk akhirat, bagaikan orang yang meninggalkan wang satu dirham untuk mendapatkan wang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu lebih besar daripada balasan dunia).
.
.
3. Orang yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak melihat bahwa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan seseorang yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga pintu, lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga membuat anjing tersebut sibuk dengan roti tadi, dan ia pun dapat masuk ke istana untuk menemui sang Raja dan mendapatkan kedekatan darinya. Anjing di sini diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/syurga) Allah, yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu tersebut dalam keadaan terbuka. Adapun roti diumpamakan sebagai dunia, maka barangsiapa meninggalkannya niscaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.
.
.
.
Hal-Hal yang Mendorong untuk Hidup Zuhud
.
.
1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada Hari Kiamat untuk mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang nampak ataupun yang tersembunyi. Ingat! betapa dahsyatnya peristiwa datangnya Hari Kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya terhadap dunia dan kelazatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup dengan hidup sederhana.
.
.
2. Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang telah ia peroleh
.
.
Firman Allah swt,
.
.
"Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)" (Surah At-Takaatsur: 8)
.
.
Perasaan seperti ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.
.
.
3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, menggorbankan tenaga dan fikiran yang sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa bergaul dengan orang-orang yang berperangai jahat dan buruk. Berbeza halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah, jiwa menjadi tenteram dan hati merasa sejuk, menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas jelas berbeza dan setiap orang tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.
.
.
4. Merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta kenikmatannya yang menipu manusia. Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan sia-sia belaka. Allah mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat
.
.
Firman Allah swt,
.
.
"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya)"
(Surah An-Naaziat: 37-39)
.
.
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal" (Surah Al-A’laa: 16-17)
.
.
Ayat-ayat Al Quran jelas mendorong seorang yang beriman untuk tidak terlalu bergantung kepada dunia dan lebih mengharapkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.
.
.
Zuhud yang disyariatkan dan bermanfaat bagi orang yang menjalaninya adalah zuhud yang dicintai oleh Allah dan rasulNya, iaitu meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat demi mencapai kehidupan akhirat.
.
.
Sabda Rasulullah saw,
.
.
"Carilah apa yang bermanfaat bagi dirimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah" (HR Muslim)
.
.
Yang bermanfaat bagi seorang hamba adalah beribadah kepada Allah, menjalankan ketaatan kepadaNya dan kepada rasulNya. Dan semua yang menghalangi hal ini adalah perkara yang mendatangkan kemudharatan dan tidak bermanfaat. Yang paling berguna bagi seorang hamba adalah mengikhlaskan seluruh amalnya karena Allah. Orang yang tidak memperhatikan segala yang dicintai dan dibenci oleh Allah dan rasulNya akan banyak mensia-siakan kewajipan dan jatuh ke dalam perkara yang diharamkan.
.
.
Sabdanya lagi,
.
.
"Hendaklah kadar yang diambil oleh seseorang kamu dari dunia hanya sebanyak bekal seorang musafir"
.
.
Maka hendaklah seorang yang berzuhud itu berpaling dari dunia dan membelakanginya padahal ia berkuasa untuk mengumpulnya. Apa yang diambil hanyalah sekadar yang mencukupi untuk makan-minum, pakai dan tempat tinggal dan sebagainya dari benda-benda yang sangat diperlukannya saja.
.
.
~ Wallahualam ~
.
Salam sahabatku..:)
ReplyDeleteMoga hari-hari yang bakal ditempuhi penuh dengan keredhaan dan kesyukuran.
Dalam kehidupan dunia yang sementara ini, kita mestilah menggunakan masa kehidupan kita yang singkat ini dengan berkesan, janganlah kita mudah lalai dengan kehidupan dunia, baik dari segi harta, pangkat dan juga keturunan. Kerana jika kita lalai dan leka dengan kehidupan di dunia ini, maka kita akan tergolong di kalangan orang yang rugi di hari akhirat, bahkan akan di berikan azab yang pedih pada hari tersebut.
Cukuplah apa yang Allah kurniakan untuk kita terus beribadah kepadaNya.
Salam! Salam dari pakcik..
ReplyDeleteDari petikan diatas'
"Ibnu Taimiyah mengatakan – sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu Al-Qayyim – bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat."
Perlu kita tahu bahawa Imam Ibnu Taimiah rh.a dan Inu Qaiyyim hidup dizaman Daulah Islamiah berpusat diDamsyik dimana penghidupan negara melimpah ruah dgn adanya hak milik awam, hak milik persendirian dan hakmilik daulah. Hidup dizaman itu, kekayaan kalau nak diceritakan mmglah diluar jangkaan kita krn menggunakan sistem wang emas dan perak dlm apa jua pembelian! Bolehlah hadis2 yg ssedemikian rupa diterimapakai. Adapun dlm Surah AlA`raaf:32Engkau katakanlah (Muhammad) Siapakah yg mengharamkan perhiasan Allah yg telah dikeluarkanNya utk hamba2Nya ..` Malah jika runtuhnya Daulah Islamiah bermakna hilangnya semua hak2 milik dimana umat Islam boleh dikatakan jatuh `riddah` dimana pengkhususan ayat mengenai ini terdapat dalam Surah AlMa`idah:54 (Lihat AsbabunNuzul) Wallahualam.
insyaAllah akan mnggunakan masa didunia ini dgn amal
ReplyDeleteSalam..
ReplyDeleteTanpa amal yg ikhlas kepada Allah tak akan wujud zuhud dihati...
Zuhud lahir melalui amalan yg mendekatkan hati kepada Allah. Jika dalam hati hanya ada Allah, tak mungkin akan memandang yg lain drp Allah...susurilah jalan kesufian insyaAllah jumpa kezuhudan.
marilah kita mengambil peluang yg Allah SWT bg pd kita di dunia yg sementara ini utk bekalan kita di dunia yg kekal nanti.........
ReplyDeleteW'salam sahabatku :)
ReplyDeleteSabda Rasulullah saw,
"Sesiapa yang mengambil dari dunia lebih dari apa yang mencukupi dirinya, sebenarnya ia telah mengambil sesuatu yang memberatkan ajalnya (kecelakaan) sedang ia tidak sedar"
Harta hanya akan tercela bila ia membawa kpd kelalaian dan pengabaian yg wajib disisi Allah swt..
W'salam Pakcik Tajnur,
ReplyDeleteFirman Allah swt,
Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan (memakai)perhiasan Allah yang dikeluarkanNya untuk hambaNya dan rezeki (makanan) yang baik2?
Katakanlah: Semuanya itu untuk orang2 yang beriman waktu hidup didunia dan khusus untuk mereka pada hari kiamat. Demikianlah Kami terangkan ayat2 itu untuk kaum yang mahu mengetahuinya.
(Surah Al A'raaf: 32)
Sesungguhnya memakai perhiasan(pakaian yg baik dan bersih) besar faedahnya.Tetapi perhiasan itu tidak baik bila telah berlebih-lebihan dr yg sepatutnya. Seolah2 hidup utk berhias2 bukan berhias utk hidup. Islam menganjurkan memakai perhiasan yg sederhana dan pakaian yg layak bg diri seseorang.
Begitu juga dgn memakan makanan yg baik dan lazat, hendaklah dgn bersederhana demi menjaga kesihatan dan dilarang keras berlebih-lebihan atau melampaui batas. Makanan yg diambil berlebihan menybbkan kemalasan beribadat dan melemahkan badan. Sbb itu Islam menganjurkan supaya kita makan utk hidup bukan hidup utk makan.
Salam Maiyah,
ReplyDeleteItulah yg sepatutnya krn hidup ini hanya sementara..jadikanlah diri kita sbg pengembara yg mengumpul amalan tak kira masa..
Amalan yg penuh dgn keikhlasan dan tawadhu'..InsyaAllah
W'salam Shaniza,
ReplyDeleteSememangnya utk mencapai hakikat zuhud itu memerlukan mujahadah yg berterusan. Sejauh mana usaha kita? Hanya kita yg mampu menjawabnya..
Salam Ibuhani,
ReplyDeleteAdapun berzuhud di dunia itu merupakan semulia2 perkara yg menyelamatkan kita dan mendekatkan diri kita ke hadhrat Allah swt..
Salam!
ReplyDeleteSyukurlah, nampaknya Arianni dah ada keyakinan diri utk bersuara dan memberi komen. Cuma dlm Surah AlA`raaf:32, perhiasan Allah ni diperluaskan kepada kekayaan hak milik awam utk kekayaan sumber negara spt emas, hasil2 logam, balak, perhutanan, minyak dan apa saja hasil dari bumi! Wallahualam
Salam Pakcik Tajnur,
ReplyDeleteT/kasih atas penjelasannya.. Keyakinan itu perlu dlm mengatakan kebenaran kan..