23.5.11

Ujian tanda kasihsayang ALLAH SWT



Bismillahirrahmanirrahim...


Untuk apakah ujian itu Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya?


Ujian adalah sunnatullah dari Allah SWT untuk memisahkan orang-orang munafik dari barisan orang-orang beriman, memisahkan antara loyang dengan emas.


“Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang keluar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang keluar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).”
(HR Al Tabrani)


Ujian adalah tarbiyah dari Allah SWT untuk meningkatkan derajat hamba-Nya, sebagai wujud kasih sayang-Nya.


“Seorang hamba memiliki suatu derajat di syurga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencubanya agar dia mencapai derajat itu.” (HR Al Tabrani)


Ujian adalah sunatullah untuk orang-orang yang berada di jalan Al Haq. Jika kita tidak merasakan adanya ujian yang berat, maka patut dipertanyakan apakah jalan yang kita lalui adalah jalan yang benar.


Saad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cubaannya” Nabi SAW menjawab, “Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau imannya lemah dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan kalau imannya kukuh dia diuji sesuai dengan itu (berat). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.” (HR Al Bukhari)


Dalam menghadapi ujian, seorang mukmin harus selalu bersangka baik kepada Tuhannya.


“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cubaan. Sesungguhnya Allah Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum, Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.” (HR Al Tirmidzi)

Allah SWT menghibur orang-orang beriman dalam menghadapi ujian dengan firman-Nya,


“Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(Surah Al Imran: 139)


Kehidupan tidak selamanya berbentuk penderitaan dan kesedihan hati, tetapi bisa juga dalam bentuk kenikmatan dan kesenangan. Bila ujian itu dalam bentuk kesenangan, apakah si hamba itu bersyukur? Bila dalam penderitaan, apakah si hamba itu bersabar?


Syukur dan sabar adalah keistimewaan orang-orang yang beriman, yang dikagumi oleh para nabi.


Syurga memiliki kriteria (muwashofat) untuk orang-orang yang akan memasukinya. Nilai A, B, C, D, atau E adalah hak Allah SWT. Tugas manusia adalah berdoa, berikhtiar dan bersabar. Dan tentu saja, untuk mengetahui apakah kita benar-benar lulus atau tidak, jawapannya ada di hari akhirat nanti.


Lulus ujian, akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya dan tiada lain balasannya adalah redhaNya, syurga-Nya dan bidadari.


Allah SWT berfirman, “(Disamping) mereka ada bidadari-bidadari. Seperti mutiara yang tersimpan rapi” (Surah Al Waqiah : 22-23)




 Bersabar dengan ujian itu adalah biasa
Namun bersyukur atas ujian itu adalah luar biasa 






.

20.5.11

Cara menghadapi FUTUR




Bismillahirrahmanirrahim...


Antara bentuk futur adalah rasa malas beribadah dan kadang-kadang boleh meninggalkannya sama sekali. Sikap lemah itu timbul akibat renggangnya hubungan seorang hamba dengan Penciptanya.


Cara menghadapi futur dalam diri.


1- Membaca, merenung dan memikirkan kandungan Al Quran

Firman ALLAH SWT bermaksud: “Dan Kami turunkan Al Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat kepada orang yang beriman.” (Surah Al Isra: 82)

Ada dua perkara yang dianjurkan Ibnul Qayyim bagi mengatasi kemalasan daripada kekerasan hati.

Pertama, bertafakur dan alihkan hatimu dari dunia untuk beberapa waktu, lalu ditempatkan di akhirat.

Kedua, hadapkan seluruh hatimu pada pengertian Al Quran, memikirkan dan memahami apa yang dimaksudkan serta mengapa ia diturunkan. Hayati semua ayatnya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengubat hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.


2-Merasakan keagungan ALLAH SWT

Antara ungkapan indah Ibnul Qayyim ketika menyifatkan keagungan Allah Yang Maha Tinggi: “Dia yang mengatur urusan semua hamba, memerintah, melarang, mencipta, melimpahkan rezeki, mematikan, menghidupkan, memuliakan dan menghinakan manusia. Begitu juga menjadikan malam dan siang, menggantikan hari demi hari antara manusia, membalikkan kekuasaan dan menggantikannya dengan kekuasaan yang lain serta urusan dan kekuasaan-Nya berlaku di bumi dan antara kedua-duanya, di lautan dan daratan. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan mampu menghitung segala sesuatu.

“Pendengaran-Nya mencakupi pelbagai suara dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Bahkan, Dia dapat mendengar suara hiruk-pikuk yang saling bertindih dengan pelbagai perbezaan bahasa. Pendengaran-Nya tidak akan diganggu oleh pendengaran yang lain, tidak menjadi kacau-bilau kerana banyak masalah. Tidak pernah jemu meskipun terus menerus diajukan secara bertubi-tubi dengan permintaan orang yang mempunyai keperluan.

“Penglihatan-Nya meliputi segala sesuatu yang nampak, sehingga Dia mampu melihat langkah kaki semut hitam di tengah-tengah padang pasir yang luas terbentang pada tengah malam gelap-gelita. Yang ghaib dapat disaksikan dan yang tersembunyi nampak jelas bagi-Nya.”

Firman ALLAH SWT bermaksud: “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Surah Ar Rahman: 29)


3- Mendalami ilmu syariat

Maksudnya adalah ilmu yang mampu menimbulkan rasa takut kepada ALLAH SWT dan menambah beratnya timbangan iman. Dengan mengetahui ilmu itu, seseorang akan mengetahui apa yang terjadi sesudah mati, kehidupan di alam kubur, ketakutan dahsyat di padang Mahsyar, nikmat yang dikecapi di syurga dan azab pedih di neraka. Begitu juga nikmah syariat, masalah halal dan haram serta perjalanan hidup nabi dan pelbagai perkara yang tidak terhitung manfaatnya.

ALLAH SWT berfirman bermaksud: “Katakanlah, adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?” (Surah Az Zumar: 9)


4-Mencari persekitaran dan sahabat soleh

Keadaan seseorang banyak ditentukan persekitarannya. Lingkungan baik akan meningkatkan keimanan. Di sanalah seseorang mendapat teguran dan bimbingan ketika melakukan kesalahan.

Di sana pula dirasakan suasana berlumba dalam melakukan ketaatan, zikrullah, turunnya rahmat dan datangnya ketenteraman hati.


5-Memperbanyakkan kerja amal

Kerja amal mampu memberikan pengaruh ketara terhadap hati dan jiwa manusia. Apabila kita melakukan kerja kebaikan dan apa saja amal soleh, jiwa pasti puas dan penuh kedamaiannya.


6-Tumbuhkan rasa takut su’ul khatimah

Takut kepada kematian dalam dosa atau sesat akan mendorong seorang Muslim untuk taat dan memperbaharui iman.


7-Banyak mengingati mati

Mengingati mati juga akan membenteng seseorang daripada derhaka kepada ALLAH SWT. Hati keras berubah menjadi lembut. Tidaklah seseorang itu mengingati mati ketika dilanda kehidupan yang sempit melainkan akan membuatnya menjadi lapang. Antara cara mengingatkan mati adalah dengan sering menziarahi kubur.

Rasulullah SAW bersabda: “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur kerana itu boleh melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan hari akhirat dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (HR Hakim)


8-Kepatuhan dan berlepas diri

Saling tolong-menolong dan patuh terhadap sesama mukmin serta berlepas diri daripada orang kafir. Hati yang bergantung dan terpaut pada musuh Allah, akan menjadi lemah. Keimanannya akan menurun dan mencair. Sebaliknya, apabila kepatuhan dimurnikan dan hanya kepada ALLAH SWT, maka ia akan menghidupkan keimanan dan semangat dalam hati.


9-Muhasabah jiwa ketika datang kelemahan

Menurut Ibnu Qayyim, hati memiliki dua sikap iaitu menerima dan menolak. Manfaatkan dua keadaan itu, sama ada ketika cenderung menerima dan menolak.

Ketika hati cenderung menerima, perbanyakkan amal soleh dan ibadah sunnah. Laksanakanlah ibadah sebanyak mungkin pada waktu siang dan malam.

Pada waktu hati sedang menolak (futur), ikatnya dengan melakukan amal wajib saja.

Rasulullah ditanya seorang sahabat : “Wahai Rasulullah, apa pendapat anda apabila aku merasakan lemah dalam melakukan suatu amal?” Baginda menjawab: “Peliharalah keburukanmu daripada manusia kerana itu adalah sedekah bagi dirimu.” Maksudnya jangan menunjukkan keburukan kita di depan manusia lain.


10-Menelaah kisah teladan salafussoleh

Sikap dan teladan salafussoleh, termasuk ulama dan mujahidin hingga zaman kini akan menumbuhkan rasa hina dalam diri hingga menyuntikkan semangat baru dalam jiwa seseorang untuk menjadikan mereka sebagai contoh.



Wallahualam...